Gunung Tangkuban Parahu atau Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu gunung yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17oC pada siang hari dan 2 oC pada malam hari.
Gunung Tangkuban Parahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.
Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu, sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu.Gunung Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan gunung ini. Di antara tanda gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunung nya di antaranya adalah di kasawan Ciater, Subang.
Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga (kawah) besar yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m diatas permukaan laut merupakan sisa dari letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif. Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika. Sehingga legenda Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat kawasan itu diyakini merupakan sebuah dokumentasi masyarakat kawasan Gunung sunda purba terhadap peristiwa pada saat itu.
Wisata Alam - Dago Pakar ( Bandung - jawabarat )
Bagi sebagian besar masyarakat Bandung, pasti tidak asing lagi mendengar tempat yang bernama Dago Pakar dan kawasan wisata Maribaya. Dago Pakar atau yang sebenarnya bernama Taman Hutan Raya (Tahura) Ir. H. Djuanda adalah sebuah kawasan hutan yang masih tersisa di kota Bandung. Terletak di daerah Bandung Utara, taman hutan raya ini merupakan taman hutan raya yang pertama di Indonesia. Diresmikan oleh Presiden Soeharto bertepatan dengan tanggal kelahiran Ir. H. Djuanda. Sedangkan Maribaya adalah sebuah kawasan wisata terusan Dago Pakar di daerah Lembang yang menyajikan pesona air panas dan beberapa air terjun. Untuk mencapai Dago Pakar dari Bandung, bisa dimulai dari Terminal Dago. Yang kemudian dilanjutkan dengan berjalan kaki atau menyewa ojek sejauh kurang lebih 500 meter.
Kawasan Dago Pakar sangat sejuk karena pohon-pohon yang besar dan rindang tumbuh. Begitu juga kolam ikan yang luas yang bisa kita jadikan tempat wisata sepeda air. Taman hutan raya ini sesuai fungsinya sebagai taman hutan raya merupakan tempat konservasi flora dan fauna, pendidikan dan penelitian botani, serta rekreasi di alam terbuka. Bukan bertujuan utama sebagai sarana mendapatkan keuntungan finansial.
Masih di kawasan Dago Pakar, terdapat gua peninggalan penjajah Jepang. Dibangun oleh pekerja pribumi dahulu yang dikenal dengan nama romusha. Gua yang berupa lorong-lorong sebagai pertahanan perang zaman dulu yang tidak begitu panjang yang di dalamnya terdapat ruangan-ruangan. Kita bisa menyusuri gua-gua tersebut. Tidak perlu khawatir akan gelap karena ada banyak penyedia jasa penyewaan lampu senter di sekitar mulut gua.Dari Dago Pakar, ada jalan setapak menuju kawasan Lembang, tepatnya kawasan wisata Maribaya sejauh kurang lebih enam kilo meter. Berbagai flora dan fauna bisa kita jumpai di sepanjang perjalanan. Jalan setapak ini sangat cocok digunakan sebagai tempat joging atau treking. Atau perjalanan bisa juga dilakukan dengan bersepeda.
Berdasarkan data dari Departemen Kehutanan, sedikitnya ada 40 famili dengan 112 species flora. Di antaranya adalah kaliandra (Calliandra callothyrsus), cengal pasir (Hopea odorata), teklan (Eupatorium odoratum), mahoni (Switenia macrophylla), bungur (Lagerstruemia sp.), saninten (Cartanopsis argentea), pasang (Quercus sp.), damar (Agathis damara), warugunung (Hibiscus similis), dan angsana (Pterocarpus indicus). Selain itu, ada juga jenis pohon yang sengaja dibawa penjajah asing pada zaman dahulu seperti pinus meksiko (Pinus montecumate), mahoni uganda (Khaya anthotheca), eucalyptus (Eucalyptus deglupta), Cedar Hondura (Cedrela mexicum), dan lainnya.
Sedangkan untuk faunanya sendiri masih bisa dijumpai sekelompok kera ekor panjang (Macaca fascicularis) di sekitar Gua Jepang atau sekitar jalanan antara Gua Pakar menuju Maribaya. Juga dapat kita temui musang (Paradoxunus hermaproditus), bajing (Callosciurus notatus), burung kacamata (Zoeterops palpebrosus), perenjak jawa (Prinia flaviventris), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), bondol jawa (Geopelia striata), jalak suren (Sturnus contra), perkutut jawa (Geopelia striata), elang ular bido (Spilor cheela), cucak kutilang (Pytnonotus aurigaster), dan beberapa jenis lain.
Di sepanjang perjalanan terdapat aliran hulu Sungai Cikapundung. Sungai Cikapundung masih mengalir jernih di sini. Sangat berbeda jika dibandingkan dengan daerah hilirnya yang penuh sampah dan hitam kecoklatan. Daerah aliran sungai Cikapundung hulu ini merupakan daerah yang sangat penting dijaga kelestarian hutannya untuk tetap menjaga alirannya yang nanti membelah kota Bandung.Selain Gua Jepang, selepas beberapa puluh meter ke arah utara, bisa kita jumpai juga gua peninggalan penjajah Belanda. Gua yang pada waktu dahulu berfungsi sebagai markas militer, penjara, tempat penyimpanan senjata, maupun sebagai tempat pembangkit listrik tenaga air. Sebuah lorong utama menembus tebing tempat gua tersebut, di mana ruangan dan lorong-lorong lainnya juga banyak terdapat di dalamnya.
Patahan Lembang yang terkenal bisa kita lihat menjelang Maribaya. Patahan lembang merupakan fenomena geomorfologi pada waktu masa sunda purba. Sebuah fenomena yang mempengaruhi lembahan Kota Bandung sampai menjadi sekarang ini.
Maribaya akan kita temui setelah kita jauh berjalan. Terlihat dari sebuah jembatan kayu di seberang air terjun curug ciomas. Di kawasan Maribaya terdapat banyak curug selain curug ciomas. Warung-warung yang menyediakan minuman khas sunda, bandrek dan bajigur serta jagung bakar banyak terdapat di kawasan Maribaya. Bisa kita jadikan pelepas lapar dan dahaga setelah lelah berjalan menyusuri setapak dari Dago Pakar.
Saat ini, banyak ancaman yang terlihat begitu jelas di kawasan sepanjang Dago Pakar – Maribaya. Selain sampah yang ditemui di sepanjang jalan setapak, pembukaan lahan untuk area perkebunan dan pembangunan rumah atau vila adalah beberapa yang terlihat sangat jelas. Hal ini tentu menjadi tanggung jawab kita bersama untuk menyikapinya dengan bijaksana demi tetap menjaga Dago Pakar – Maribaya sebagai kawasan konservasi Kota Bandung yang tetap lestari.
Wisata Alam - Situ Cileunca
Dalam Bahasa Indonesia, situ artinya adalah danau. Situ Cileunca pada zaman dahulu disebut Swissnya Indonesia karena keindahannya. Situ Cileunca ini berada 45 km sebelah selatan Kota Bandung, 185 KM dari Kota Jakarta, berada di ketinggian 1550 meter dari permukaan laut dan dikelilingi oleh dua perkebunan teh Malabar yang indah dan dikelola oleh PTPN VIII, Situ Cileunca letaknya tak jauh dari kecamatan Pangalengan, genangan air seluas 180 hektar ini diapit oleh dua Desa yaitu Desa Wanasari dan Desa Pulosari, tak jauh dari Kota Kecamatan Pangalengan.
Dari sekian banyak danau buatan di sekitar Bandung, Situ Cileunca adalah salah satu yang masih bisa dinikmati keberadaannya. Menurut penduduk sekitar, dahulu banyak terdapat pohon Leunca di daerah yang sekarang jadi situ,karenanya danau tersebut dinamakan Situ Cileunca. Situ Cileunca menjanjikan panorama alam nan indah. Tak heran, dulu, orang-orang sempat menjuluki tempat tersebut sebagai Swiss-nya Indonesia.
Menurut sejarah Situ Cileunca merupakan kawasan pribadi seorang warga Belanda bernama Kuhlan yang dulu menetap di Pangalengan. Dalam pembangunannya Situ Cileunca dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama yaitu selama 7 tahun ( 1919 – 1926 ) dengan membendung aliran sungai kali Cileunca, sehingga terbuatlah sebuah situ yang akhirnya menjadi sebuah bendungan yang sekarang diberi nama Dam Pulo.Uniknya dalam pembangunan Situ Cileunca ini berdasarkan cerita para orang tua dahulu situ ini dibangun oleh banyak orang tetapi tidak menggunakan cangkul tetapi mengunakan halu. Halu adalah semacam tongkat panjang yang biasa digunakan penduduk desa jaman dahulu untuk memukul sesuatu.
Pembangunan Situ Cileunca ini dikomandoi oleh dua orang pintar yakni juragan Arya dan Mahesti. Pada zaman Kolonial Belanda Situ Cileunca digunakan sebagai salah satu sumber listrik bagi kota Bandung, selain itu juga debit airnya juga digunakan sebagai cadangan sumber air bersih bagi kota Bandung dikala itu dengan kapasitas air 9.89 juta M3.
Bagi para wisatawan domestic objek wisata Situ Cileunca ini merupakan salah satu sarana pelepas penat setelah selama satu minggu beraktifitas, dengan harga yang terbilang sangat murah yaitu Rp 3.000/ orang parawisatawan dapat menikmati keindahan Situ cileunca, dan jika kita ingin mengelilingi Situ Cileunca serta melihat tanaman strowberry kita dapat menggunakan perahu yang terdapat di pinggiran Situ tersebut dan hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 5000/orang para pemilik perahu akan mengantarkan kita melihat pemandangan alam yang terdapat di Situ Cileunca. Di Situ Cileunca ini pengunjung juga dapat menikmati kegiatan
Wisata Sejarah - Bandung
Bandung merupakan daerah yang terkenal dengan berbagai macam wisata, seperti wisata belanja di factory outlet (FO) dan kuliner di Provinsi Jawa Barat, juga memiliki banyak potensi wisata yang masih belum tergali, terutama wisata bumi.
"Kabupaten Bandung memiliki potensi wisata yang menawarkan keindahan alam dengan berbagai macam sejarah di dalamnya," kata T Bachtiar dan Budi Barahmantyo, penulis buku Wisata Bumi, Cekungan Bandung yang diluncurkan dalam pembukaan peringatan HUT Konferensi Asia-Afrika (KAA) ke-54 di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika Bandung, akhir pekan kemarin.
Bandung, Tidak Cuma Punya FO dan Kuliner Pada diskusi buku tersebut kedua penulis memperkenalkan potensi-potensi wisata bumi yang berada sangat dekat dengan orang-orang di Bandung, yakni sekitar Kabupaten Bandung yang pada masa prasejarah merupakan cekungan dan dalam perkembangannya banyak ditemukan peninggalan artefak dan bukti-bukti geologis peninggalan zaman prasejarah.
Menurut Bachtiar, dia mulai menjelajahi alam Kabupaten Bandung sejak meninggalkan kota kelahirannya di Pameungpeuk, Garut, tahun 1974. Saat itu ia kehilangan aroma desa, seperti aroma tanah, hujan, dan kabut.
Kemudian ia mulai menjelajahi alam dan mendapati banyak sekali kekayaan alam bandung di dalamnya. Ia masih ingat bagaimana rasanya memandangi alam dengan tetesan embun di ujung rumput dan sinar matahari yang terbias oleh embun.
Pada tahun 2000-an Bachtiar yang juga seorang dosen di Fakultas Ekonomi Univesitas Langlangbuana mengajak sejumlah guru untuk melihat keindahan Goa Pawon. Di sana pula ia menemukan banyak artefak zaman prasejarah dan bertemu dengan Budi. Ternyata Budi memiliki hobi yang sama dengan Bachtiar dan sedang meneliti bebatuan yang ada di Goa Pawon.
Dia sengaja mengajak guru karena guru dapat menceritakan kembali kepada murid-muridnya dan tiap tahun akan berganti sehingga tiap tahunnya semakin banyak siswa yang memahami keindahan dan sejarah cekungan Bandung.
Bahctiar dan Budi sama-sama intens menulis di media massa tentang bagaimana pentingnya konservasi alam di Kabupaten Bandung. Sampai akhirnya tulisan-tulisan mereka dibukukan oleh Lembaga Geologi dengan judul Geowisata, Sejarah Bumi Bandung pada tahun 2006 dan diterbitkan kembali dengan revisi menjadi Wisata Bumi, Cekungan Bandung.
Bachtiar dan Budi melalui bukunya mengajak semua masyarakat bandung untuk dapat menemukan kembali Bandung dengan segala keramahan masyarakat dan keindahan alamnya. Diceritakan dalam buku bagaimana catatan perjalanan dan pengalaman berwisata di alam Bandung. "Hal yang bisa dilakukan dengan perjalanan setengah hari mungkin Goa Pawon, lagi pula Goa Pawon adalah tempat yang paling menarik," kata Budi yang juga dosen geologi di ITB.
Budi mengajak para pemilik biro wisata mengembangkan potensi wisata bumi tersebut. Budi, Bachtiar beserta rekan-rekannya bersedia membantu dari segi interpretasi biologi. Masih banyak potensi lain yang bisa digali, contohnya retakan banjaran dan bukit kapur yang ada di Padalarang.
Sumber : kompas.com
Wisata Alam - Sari Ater
Obyek Wisata Air Panas Ciater, bagi masyarakat Indonesia, apa lagi Jawa Barat dan Wilayah lain di Nusantara ini, sudah mengenalnya. Karena obyek wisata ini, selain dijadikan sebagai sarana rekreasi keluarga, obyek wisata air panas Ciater ini juga dapat dimanfaatkan untuk kesehatan. Pasalnya berdasar hasil penelitian serta analisa Balneologi, sumber air hangat mineral yang ada mengandung Calsium, Magnesium, Chloride, sulfat, Thermo, Mineral, serta Hypertherma dengan kadar aluminium yang tinggi yaitu 38,5 equiv persen, dan keasamannya juga sangat tinggi yaitu PH : 2,45.
Sementara suhu air panasnya yang berasal dari mata air sekitar 43 derajat Celsius – 46 Derajat Celsius. Sedangkan yang berada dalam kolam kadar temperaturnya mencapai 37 Derajat Celsius – 42 derajat celsius.Suhu air dinginnya bisa mencapai sekitar 8 – 10 Derajat Celsius. lokasi pemandian air panas ini berada di Desa Ciater, Kab. Subang, Jawa Barat, letaknya di lembah Ciater, ditengah perkebunan teh di kaki Gunung Tangkuban Perahu. Suhunya juga tidak terlalu dingin, hanya sekitar 20 Derajat Celsius secara maksimal, minimalnya 16 Derajat Celsius. Dengan menempati areal seluas 30 Ha aktif, dan 40 Ha pasif.
Bagi masyarakat tidak asing lagi terhadap pusat wisata Air Panas Ciater tersebut. Untuk menuju lokasi dapat dilakukan semua arah, dari Bandung-Ciater dengan jarak tempuh 32 Km, Lembang-Ciater 15 Km, Kawah-Ciater 7 Km, Subang – Ciater 30 Km, Jakarta-Ciater melalui arah puncak 212 Km, Jakarta-Ciater melalui Tol Cikampek-Bekasi 185 Km. Konon khabarnya mata air panas Ciater tersebut berasal dari kawah aktif Gunung Tangkuban Perahu, yang terletak tidak jauh dari obyek wisata Sari Ater.
Jarak dan waktu tempuh :
Tarif Masuk :
1. Tiket masuk obyek wisata Rp 14.000./Orang.
2. Tarif Kolam Pemandian atau kamar mandi Rp. 80.000/Orang.
3. Tarif Kolam Pemandian sederhana Rp. 20.000 – Rp. 55.000 untuk sekali mandi.
Fasilitas :
1. Bungalaw,
2. Hotel,
3. Villa,
4. Sarana permainan anak sampai dewasa,
5. Sarana olah raga,
6. Arum jeram,
7. Out bond,
8. Sarana berbelanja
9. Masjid.
10. Fasilitas resort Sari Ater Hot Spring Resort mempunyai 103 kamar dan bungalow dengan berbagai tipe, lengkap dengan fasilitas ruangannya.
11. Fasilitas olahraga dan adventure Tenis lapangan, basket, volley, put & put mini golf, wahana anak-anak, tea walk, paint ball games, gokart off road, dsb.
12. Fasilitas rekreasi Kolam rendam air panas, perahu dayung, lahan perkemahan, kolam pancing, picnic area kerajinan keramik, dsb.
13. Fasilitas restaurant dan bar
14. Fasilitas conference & banquet
Semua fasilitas sudah lengkap di areal seluas 70 Ha tersebut. Dengan segala kemudahan dan kenyamanan yang tersaji.
Obyek Wisata di CiaterSari Ater Hot Spring Resort terletak pada kawasan pegunungan Subang, di kaki gunung Tangkuban Perahu tepatnya di Desa Ciater, Kecamatan Jalancagak Kab. Subang. Obyek wisata ini merupakan salah satu obyek terpopuler di Indonesia. Para wisatawan dapat menikmati sumber mata air panas yang berasal dari kawah aktif Gunung Tangkuban Perahu yang terletak tidak jauh dari obyek wisata Sari Ater. Sumber mata air panas tersebut disajikan dalam bentuk kolam dan kamar rendam dengan desain yang unik, yang tersebar dibeberapa lokasi obyek wisata Sari Ater. Dengan luas areal 30 Ha dan pesona alam khas pegunungan, Sari Ater Hot Spring Resort banyak memberikan fasilitas wisata bagi para wisatawan yang berekreasi bersama keluarga untuk menikmati keindahan alam. Fasilitas wisata yang diberikan kepada para wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata ini diantaranya adalah:
* Fasilitas resort Sari Ater Hot Spring Resort mempunyai 103 kamar dan bungalow dengan berbagai tipe, lengkap dengan fasilitas ruangannya.
* Fasilitas olahraga dan adventure Tenis lapangan, basket, volley, put & put mini golf, wahana anak-anak, tea walk, paint ball games, gokart off road, dsb.
* Fasilitas rekreasi Kolam rendam air panas, perahu dayung, lahan perkemahan, kolam pancing, picnic area kerajinan keramik, dsb.
* Fasilitas restaurant dan bar
* Fasilitas conference & banquet
Ciater Spa adalah suatu tempat medical dan health centre yang juga memberikan fasilitas wisata sehingga pengunjung dapat melakukan pengobatan secara modern dan canggih untuk merehabilitasi berbagai penyakit sambil berekreasi bersama keluarga. Fasilitas rekreasi yang disediakan antara lain kolam rendam air panas, camping ground, berperahu pada danau buatan serta disediakan juga resort untuk beristirahat. Gracia dapat menjadi alternatif pilihan wisatawan untuk sekedar menikmati keindahan panorama Subang sambil melakukan kegiatan tea walk, jogging track dan berenang bersama keluarga.
Pusat Pacuan Kuda Ciater terletak dalam kawasan Ciater Highland Resort di tengah perkebunan teh yang menghampar luas. Merupakan salah satu pusat pacuan kuda yang mempunyai fasilitas yang cukup lengkap bagi para penggemar olahraga berkuda. Fasilitas indoor dengan luas 7000 m2 dan outdoor untuk berlatih kuda juga istal beserta sarana penunjang lainnya yang dapat menampung lebih dari 800 ekor kuda adalah fasilitas yang tersedia disana. Para pengunjung dapat menikmati keindahan pesona alam perkebunan teh baik di dalam kawasan resort ataupun di luar kawasan resort sambil berkuda, cross country ataupun buggy trail adalah aktivitas yang patut dicoba. Selain berkuda, anda dan keluarga juga dapat melakukan kegiatan rekreasi lain dengan memanfaatkan fasilitas sport komplek yang telah dilengkapi dengan restaurant dan karaoke. Kolam renang dengan desain yang unik, tempat bermain anak, camping ground serta tea walk juga dapat dilakukan disana.
Jika hendak pulang, jangan lupa membeli buah nanas, buah kebanggaan Kota Subang, Jawa Barat. Buah nanas di sini penuh air dan manis. Atau sempatkan diri mencicipi sajian khas, sate dan sop kelinci, yang diperdagangkan di banyak warung makan. Sari Ater bisa ditempuh menggunakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum.
Wisata Alam - Maribaya
Obyek wisata Maribaya yang di ketinggian diatas 1000 meter menawarkan banyak pesona yang sayang untuk dilewatkan. Obyek wisata seluas 5,5 hektar ini memiliki daya tarik mata air panas mineral, air terjun, hingga panorama hutan yang elok. Yuk kita telusuri satu per satu.
Terletak sekitar 27 kilometer dari pusat kota Bandung atau 5 kilometer di Timur Lembang, udara disini sangat sejuk. Yang uniknya, ada sebuah mata air panas disini. Kalau ingin menikmati air panas, pihak pengelola sudah menampung air tersebut ke dalam sebuah kolam. Kolam berukuran sekitar 20x10 meter ini berisi air panas bersuhu 20-40 derajat celcius. Ketika melihat airnya yang berwarna kekuningan, jangan berpikir bahwa kolam tersebut kotor. Kuningnya air ternyata berasal dari kandungan mineral belerang yang tinggi.
Kalau dirasa kurang pede berendam bersama banyak orang di kolam air panas, silahkan saja masuk ke dalam kamar-kamar mandi berisi air panas yaang sudah dialirkan ke bak-bak. Privasi anda akan lebih terjaga disini. Namun terdapat batas waktu yang ditentukan kalau anda memilih masuk kamar pemandian. Sekitar 20 menit saja. Berbeda dengan kolam, mau semalaman juga boleh. Tarif yang ditawarkan juga murah yaitu Rp 2750 untuk orang dewasa dan Rp 1250 untuk anak-anak.
"Obyek Wisata Maribaya ini memang ditargetkan sebagai tempat wisata air panas alternatif, dengan artian, tidak perlu jauh-jauh ke Ciater kalau mau bermain air panas," ujar Endang Sehabudin, Kepala Keuangan dan Pemasaran Obyek Wisata Maribaya.
"Tarif masuknya juga lebih murah dari Ciater, yaitu Rp.3.250. Kita juga buka 24 jam, jadi kapan saja ingin berendam air panas, bisa langsung datang," tambahnya.
Selain menawarkan mata air panas, Maribaya juga dialiri dua buah sungai, yaitu Sungai Cigulung dan Sungai Cikawari. Dua sungai tersebut membentuk tiga buah air terjun. Ada Curug (air terjun) Cikawari, Curug Cigulung, dan Curug Cikoleang. Namun dari ketiga air terjun tersebut, hanya Curug Cikawari yang dasarnya cukup dangkal, sehingga bisa dipakai bermain air.
Selain mata air panas dan air terjun, pesona lain Maribaya yang membuat pengunjung betah berlama-lama adalah sejuk dan asrinya alam pegunungan. Memang diakui Endang, daya tarik suasana alam pegunungan memang menjadi daya jual utama Maribaya. Oleh karena itu, keasrian obyek wisata ini benar-benar dipertahankan.
"Dihari minggu, banyak orang yang sekedar datang, datang ke Maribaya, menggelar tikar, makan-makan, ya sekedar piknik saja. Udaranya kan enak, setelah makan tidur-tiduran. Sore pulang," ungkap Endang. "Memang suasananya sangat alami, nyaman, dan mendukung untuk kumpul-kumpul," tutupnya.
Wisata Bandung - Gedung Sate
Gedung Sate, dengan ciri khasnya berupa ornamen tusuk sate pada menara sentralnya, telah lama menjadi penanda atau markah tanah Kota Bandung yang tidak saja dikenal masyarakat di Jawa Barat, namun juga seluruh Indonesia bahkan model bangunan itu dijadikan pertanda bagi beberapa bangunan dan tanda-tanda kota di Jawa Barat. Misalnya bentuk gedung bagian depan Stasiun Kereta Api Tasikmalaya. Mulai dibangun tahun 1920, gedung berwarna putih ini masih berdiri kokoh namun anggun dan kini berfungsi sebagai gedung pusat pemerintahan Jawa Barat.
Gedung Sate yang pada masa Hindia Belanda itu disebut Gouvernements Bedrijven (GB), peletakan batu pertama dilakukan oleh Johanna Catherina Coops, puteri sulung Walikota Bandung, B. Coops dan Petronella Roelofsen, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia, J.P. Graaf van Limburg Stirum pada tanggal 27 Juli 1920, merupakan hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari Ir.J.Gerber, arsitek muda kenamaan lulusan Fakultas Teknik Delft Nederland, Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendriks serta pihak Gemeente van Bandoeng, diketuai Kol. Pur. VL. Slors dengan melibatkan 2000 pekerja, 150 orang diantaranya pemahat, atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina yang berasal dari Konghu atau Kanton, dibantu tukang batu, kuli aduk dan peladen yang berasal dari penduduk Kampung Sekeloa, Kampung Coblong Dago, Kampung Gandok dan Kampung Cibarengkok, yang sebelumnya mereka menggarap Gedong Sirap (Kampus ITB) dan Gedong Papak (Balai Kota Bandung).
Gedung Sate (ca.1920-28)
Selama kurun waktu 4 tahun pada bulan September 1924 berhasil diselesaikan pembangunan induk bangunan utama Gouverments Bedrijven, termasuk kantor pusat PTT (Pos, Telepon dan Telegraf dan Perpustakaan.
Arsitektur Gedung Sate merupakan hasil karya arsitek Ir. J.Gerber dan kelompoknya yang tidak terlepas dari masukan maestro arsitek Belanda Dr.Hendrik Petrus Berlage, yang bernuansakan wajah arsitektur tradisional Nusantara.
Banyak kalangan arsitek dan ahli bangunan menyatakan Gedung Sate adalah bangunan monumental yang anggun mempesona dengan gaya arsitektur unik mengarah kepada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa, (Indo Europeeschen architectuur stijl), sehingga tidak mustahil bila keanggunan Candi Borobudur ikut mewarnai Gedung Sate.
Wisata Bandung - Gedung Merdeka
Gedung Merdeka di jalan Asia-Afrika, Bandung, Indonesia, adalah gedung yang pernah digunakan sebagai tempat Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Afrika tahun 1955. Pada saat ini digunakan sebagai museum.
Bangunan ini dirancang oleh Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker. Keduanya adalah Guru Besar pada Technische Hogeschool (Sekolah Teknik Tinggi), yaitu ITB sekarang, dua arsitektur Belanda yang terkenal pada masa itu, Gedung Merdeka kental sekali dengan nuansa art deco dan gedung megah ini terlihat dari lantainya yang terbuat dari marmer buatan Italia yang mengkilap, ruangan-ruangan tempat minum-minum dan bersantai terbuat dari kayu cikenhout, sedangkan untuk penerangannya dipakai lampu-lampu bias kristal yang tergantung gemerlapan. Gedung ini menempati areal seluas 7.500 m2.
Pada saat itu bangunan ini bernama SOCIËTEIT CONCORDIA dipergunakan sebagai tempat rekreasi oleh sekelompok masyarakat Belanda yang berdomisili di kota Bandung dan sekitarnya. Mereka adalah para pegawai perkebunan, perwira, pembesar, pengusaha, dan kalangan lain yang cukup kaya. Pada hari libur, terutama malam hari, gedung ini dipenuhi oleh mereka untuk menonton pertunjukan kesenian, makan malam.
Pada masa pendudukan Jepang gedung ini dinamakan Dai Toa Kaman dengan fungsinya sebagai pusat kebudayaan.
Pada masa proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 gedung ini digunakan sebagai markas pemuda Indonesia guna menghadapi tentara Jepang yang pada waktu itu enggan menyerahkan kekuasaannya kepada Indonesia.
Setelah pemerintahan Indonesia mulai terbentuk (1946 - 1950) yang ditandai oleh adanya pemerintahan Haminte Bandung, Negara Pasundan, dan Recomba Jawa Barat, Gedung Concordia dipergunakan lagi sebagai gedung pertemuan umum. disini biasa diselenggarakan pertunjukan kesenian, pesta, restoran, dan pertemuan umum lainnya.
Dengan keputusan pemerintah Republik Indonesia (1954) yang menetapkan Kota Bandung sebagai tempat Konferensi Asia Afrika, maka Gedung Concordia terpilih sebagai tempat konferensi tersebut. Pada saat itu Gedung Concordia adalah gedung tempat pertemuan yang paling besar dan paling megah di Kota Bandung . Dan lokasi nya pun sangat strategis di tengah-tengah Kota Bandung serta dan dekat dengan hotel terbaik di kota ini, yaitu Hotel Savoy Homann dan Hotel Preanger
Dan mulai awal tahun 1955 Gedung ini dipugar dan disesuaikan kebutuhannya sebagai tempat konferensi bertaraf International, dan pembangunannya ditangani oleh Jawatan Pekerjaan Umum Propinsi Jawa Barat yang dimpimpin oleh Ir. R. Srigati Santoso, dan pelaksana pemugarannya adalah : 1) Biro Ksatria, di bawah pimpinan R. Machdar Prawiradilaga 2) PT. Alico, di bawah pimpinan M.J. Ali 3) PT. AIA, di bawah pimpinan R.M. Madyono
Setelah terbentuk Konstituante Republik Indonesia sebagai hasil pemilihan umum tahun 1955, Gedung Merdeka dijadikan sebagai Gedung Konstituante. Karena Konstituante dipandang gagal dalam melaksanakan tugas utamanya, yaitu menetapkan dasar negara dan undang-undang dasar negara, maka Konstituante itu dibubarkan oleh Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959. Selanjutnya, Gedung Merdeka dijadikan tempat kegiatan Badan Perancang Nasional dan kemudian menjadi Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) yang terbentuk tahun 1960. Meskipun fungsi Gedung Merdeka berubah-ubah dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan yang dialami dalam perjuangan mempertahankan, menata, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia , nama Gedung Merdeka tetap terpancang pada bagian muka gedung tersebut.
Pada tahun 1965 di Gedung Merdeka dilangsungkan Konferensi Islam Asia Afrika. Pada tahun 1971 kegiatan MPRS di Gedung Merdeka seluruhnya dialihkan ke Jakarta . Setelah meletus pemberontakan G30S/ PKI, Gedung Merdeka dikuasai oleh instansi militer dan sebagian dari gedung tersebut dijadikan sebagai tempat tahanan politik G30S/ PKI. Pada bulan Juli 1966, pemeliharaan Gedung Merdeka diserahkan oleh pemerintah pusat kepada Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat, yang selanjutnya oleh Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat diserahkan lagi pelaksanaannya kepada Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Bandung. Tiga tahun kemudian, tanggal 6 Juli 1968, pimpinan MPRS di Jakarta mengubah surat keputusan mengenai Gedung Merdeka (bekas Gedung MPRS) dengan ketentuan bahwa yang diserahkan adalah bangunan induknya, sedangkan bangunan-bangunan lainnya yang terletak di bagian belakang Gedung Merdeka masih tetap menjadi tanggung jawab MPRS.
Pada Maret 1980 Gedung ini kembali dipercayakan menjadi tempat peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-25 dan pada Puncak peringatannya diresmikan Museum Konferensi Asia Afrika oleh Soeharto, Presiden Republik Indonesia
Wisata Bandung - Gedung Pakuan
Gedung Pakuan saat ini merupakan rumah dinas yang dijadikan sebagai tempat kediaman resmi Gubernur Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat. Gedung ini beralamat di Jalan Otto Iskandardinata No.1, Bandung. Di zaman kolonial Belanda merupakan rumah kediaman resmi Residen Priangan.
Gedung Pakuan didirikan sehubungan dengan perintah Gubernur Jenderal Ch.F. Pahud karena pemindahan ibukota Karesidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung. Tetapi pemindahan ibukota karesidenan itu baru dapat dilaksanakan oleh Residen Van der Moore pada tahun 1864, setelah Gunung Gede meletus dan menghancurkan Kota Cianjur. Mulai dibangun pada tahun 1864 sampai selesai pembangunannya pada tahun 1867.
Selama pembangunan Gedung Pakuan (1864-1867), telah dikerahkan sejumlah anggota Genie Militair Belanda, yang dibantu oleh R.A. Wiranatakusumah yang dikenal dengan sebutan Dalem Bintang. R.A. Wiranatakusumah merupakan Bupati Bandung ke-8 yang memerintah antara tahun 1846-1874. Ia mengerahkan penduduk dari kampung Babakan, Bogor (sekarang Kebon Kawung) dan Balubur Hilir yang kini terletak di depan kediaman resmi Panglima Kodam III Siliwangi di Bandung. Atas jasa tersebut, penduduk yang terlibat dalam pembangunan tersebut dibebaskan dari pajak.
Gedung Pakuan memiliki langgam arsitektur Indische Empire Stijl yang anggun monumental serta sangat digemari oleh Jenderal Herman Willem Daendels. Bangunan tersebut dirancang oleh Insinyur Kepala dari Departement van Burgerlijke Openbare Werken (B.O.W) atau DPU sekarang, yang menjadi staff dari Residen Van der Moore, Insinyur itu pula yang merancang bangunan Sakola Raja yang saat ini menjadi Kantor Polwiltabes Bandung pada tahun 1866.
Wisata Bandung - Museum Geologi
Museum Geologi didirikan pada tanggal 16 Mei 1928. Museum ini telah direnovasi dengan dana bantuan dari JICA (Japan International Cooperation Agency). Setelah mengalami renovasi, Museum Geologi dibuka kembali dan diresmikan oleh Wakil Presiden RI, Megawati Soekarnoputri pada tanggal 23 Agustus 2000. Sebagai salah satu monumen bersejarah, museum berada di bawah perlindungan pemerintah dan merupakan peninggalan nasional. Dalam Museum ini, tersimpan dan dikelola materi-materi geologi yang berlimpah, seperti fosil, batuan, mineral. Kesemuanya itu dikumpulkan selama kerja lapangan di Indonesia sejak 1850.
Masa Penjajahan Belanda Keberadaan Museum Geologi berkaitan erat dengan sejarah penyelidikan geologi dan tambang di wilayah Nusantara yang dimulai sejak pertengahan abad ke-17 oleh para ahli Eropa. Setelah Eropa mengalami revolusi industri pada pertengahan abad ke-18, Eropa sangat membutuhkan bahan tambang sebagai bahan dasar industri. Pemerintah Belanda sadar akan pentingnya penguasaan bahan galian di wilayah Nusantara. Melalui hal ini, diharapkan perkembangan industri di Negeri Belanda dapat ditunjang. Maka, pada tahun 1850, dibentuklah Dienst van het Mijnwezen. Kelembagaan ini berganti nama jadi Dienst van den Mijnbouw pada tahun 1922, yang bertugas melakukan penyelidikan geologi serta sumberdaya mineral.
Hasil penyelidikan yang berupa contoh-contoh batuan, mineral, fosil, laporan dan peta memerlukan tempat untuk penganalisaan dan penyimpanan,sehingga pada tahun 1928 Dienst van den Mijnbouw membangun gedung di Rembrandt Straat Bandung. Gedung tersebut pada awalnya bernama Geologisch Laboratorium yang kemudian juga disebut Geologisch Museum.
Gedung Geologisch Laboratorium dirancang dengan gaya Art Deco oleh arsitek Ir. Menalda van Schouwenburg, dan dibangun selama 11 bulan dengan 300 pekerja serta menghabiskan dana sebesar 400 Gulden. Pembangunannya dimulai pada pertengahan tahun 1928 dan diresmikan pada tanggal 16 Mei 1929.
Peresmian tersebut bertepatan dengan penyelenggaraan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke-4 (Fourth Pacific Science Congress) yang diselenggarakan di Bandung pada tanggal 18-24 Mei 1929.