Bandung merupakan daerah yang terkenal dengan berbagai macam wisata, seperti wisata belanja di factory outlet (FO) dan kuliner di Provinsi Jawa Barat, juga memiliki banyak potensi wisata yang masih belum tergali, terutama wisata bumi.
"Kabupaten Bandung memiliki potensi wisata yang menawarkan keindahan alam dengan berbagai macam sejarah di dalamnya," kata T Bachtiar dan Budi Barahmantyo, penulis buku Wisata Bumi, Cekungan Bandung yang diluncurkan dalam pembukaan peringatan HUT Konferensi Asia-Afrika (KAA) ke-54 di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika Bandung, akhir pekan kemarin.
Bandung, Tidak Cuma Punya FO dan Kuliner Pada diskusi buku tersebut kedua penulis memperkenalkan potensi-potensi wisata bumi yang berada sangat dekat dengan orang-orang di Bandung, yakni sekitar Kabupaten Bandung yang pada masa prasejarah merupakan cekungan dan dalam perkembangannya banyak ditemukan peninggalan artefak dan bukti-bukti geologis peninggalan zaman prasejarah.
Menurut Bachtiar, dia mulai menjelajahi alam Kabupaten Bandung sejak meninggalkan kota kelahirannya di Pameungpeuk, Garut, tahun 1974. Saat itu ia kehilangan aroma desa, seperti aroma tanah, hujan, dan kabut.
Kemudian ia mulai menjelajahi alam dan mendapati banyak sekali kekayaan alam bandung di dalamnya. Ia masih ingat bagaimana rasanya memandangi alam dengan tetesan embun di ujung rumput dan sinar matahari yang terbias oleh embun.
Pada tahun 2000-an Bachtiar yang juga seorang dosen di Fakultas Ekonomi Univesitas Langlangbuana mengajak sejumlah guru untuk melihat keindahan Goa Pawon. Di sana pula ia menemukan banyak artefak zaman prasejarah dan bertemu dengan Budi. Ternyata Budi memiliki hobi yang sama dengan Bachtiar dan sedang meneliti bebatuan yang ada di Goa Pawon.
Dia sengaja mengajak guru karena guru dapat menceritakan kembali kepada murid-muridnya dan tiap tahun akan berganti sehingga tiap tahunnya semakin banyak siswa yang memahami keindahan dan sejarah cekungan Bandung.
Bahctiar dan Budi sama-sama intens menulis di media massa tentang bagaimana pentingnya konservasi alam di Kabupaten Bandung. Sampai akhirnya tulisan-tulisan mereka dibukukan oleh Lembaga Geologi dengan judul Geowisata, Sejarah Bumi Bandung pada tahun 2006 dan diterbitkan kembali dengan revisi menjadi Wisata Bumi, Cekungan Bandung.
Bachtiar dan Budi melalui bukunya mengajak semua masyarakat bandung untuk dapat menemukan kembali Bandung dengan segala keramahan masyarakat dan keindahan alamnya. Diceritakan dalam buku bagaimana catatan perjalanan dan pengalaman berwisata di alam Bandung. "Hal yang bisa dilakukan dengan perjalanan setengah hari mungkin Goa Pawon, lagi pula Goa Pawon adalah tempat yang paling menarik," kata Budi yang juga dosen geologi di ITB.
Budi mengajak para pemilik biro wisata mengembangkan potensi wisata bumi tersebut. Budi, Bachtiar beserta rekan-rekannya bersedia membantu dari segi interpretasi biologi. Masih banyak potensi lain yang bisa digali, contohnya retakan banjaran dan bukit kapur yang ada di Padalarang.
Sumber : kompas.com
Diberdayakan oleh Blogger.